Jumat, 10 Desember 2010

lahar dingin

Pengertian Lahar Dingin dan Lahar Panas

Lahar (dingin): dari Bhs Jawa, tapi sudah menjadi istilah internasional dan dikenal luas di kalangan ahli volkanologi internasional, adalah aliran air (air hujan, salju yang meleleh) yang bercampur rombakan tefra (material vulkanik-red) yang masih lepas-lepas, berasal dari bagian atas tubuh gunungapi mengalir dengan kecepatan dan densitas yang tinggi sehingga mampu melanda dan membawa serta bongkah batu berdiameter sampai 2 meter. Suhu lahar adalah sama dengan suhu di sekitarnya, endapannya adalah breksi lahar dengan fragmen yang sudah subrounded.

Lahar panas: sama dengan lahar (dingin) hanya saja suhunya di atas suhu sekitar. Lahar panas HANYA dapat dihasilkan oleh gunungapi yang mempunyai DANAU KEPUNDAN seperti G. Kelud, sedangkan gunungapi yang tidak punya danau kepundan tidak mungkin menghasilkan lahar panas. Suhunya tidak akan mencapai 100 C, suhu yang meningkat ini akibat dari air danau kawah yang dipanaskan oleh magma di bawahnya sebelum erupsi, pada saat terjadi erupsi (tidak usah terjadi ledakan). air yang telah panas ini akan meluap bercampur dengan tefra (selanjutnya seperti pada proses lahar dingin), dan membentuk endapan lahar. Lahar panas ini tidak akan menghanguskan tumbuhan atau makhluk hidup seperti pada awan panas!!!!, karena suhunya “hanya” di bawah 100C.

Merapi
Banjir Lahar Dingin Lebih dari Setahun
Selasa, 30 November 2010 | 22:54 WIB

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Hujan deras yang mengguyur puncak Gunung Merapi mengakibatkan terjadinya banjir lahar dingin hingga Kota Yogyakarta, seperti yang ada di bantaran Kali Code, Ledok Tukangan, Danurejan, Yogyakarta, Senin (29/11/2010). Kejadian tersebut membuat sebagian besar rumah yang ada di bantaran Kali Code tergenang air hingga satu meter dan merusak sejumlah prasarana umum seperti jembatan dan talud.
YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta memperkirakan, bahaya lahar dingin dari material vulkanik hasil erupsi Gunung Merapi akan berlangsung dalam waktu yang lama. Pihaknya memperkirakan ancaman banjir lahar dingin bisa hingga mencapai lebih dari satu tahun.

"Volume material hasil erupsi Gunung Merapi yang telah terbawa sebagai lahar dingin masih sangat kecil sehingga ancaman lahar dingin masih bisa terjadi dalam waktu lama, bahkan bisa lebih dari satu tahun," kata Kepala Balai Penyelidikan dan pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandriyo di Yogyakarta, Selasa (30/11/2010).
Ia mencontohkan, banjir lahar dingin seperti yang terjadi di Sungai Code pada Senin malam (29/11/2010) hanya membawa sedikit dari total volume material vulkanik Gunung Merapi yang telah dimuntahkan. Menurut dia, lahar dingin yang membawa material hasil erupsi Gunung Merapi baru terjadi di Kali Boyong, Kali Putih dan di Kali Senowo, sehingga diperkirakan baru 10 persen dari total 140 juta material vulkanik yang telah terbawa dalam lahar dingin tersebut.
"Material vulkanik hasil erupsi Gunung Merapi tersebut tidak akan turun seketika menjadi lahar dingin, tetapi akan turun dalam volume-volume kecil dalam waktu yang cukup lama," katanya.
Ia mengatakan, ancaman bahaya lahar dingin tidak akan sebesar ancaman letusan Gunung Merapi yang berupa awan panas. "Namun, lahar dingin kemungkinan akan lebih sering terjadi dibanding awan panas, terlebih pada musim hujan," katanya.
Hujan dengan intensitas tinggi, minimal 40 milimeter (mm) per jam di Gunung Merapi dan terjadi selama dua jam berturut-turut, lanjut dia, bisa menyebabkan terjadinya lahar dingin.
Selain bahaya lahar dingin saat musim hujan, Subandriyo juga mengatakan, kemungkinan terjadinya secondary explosion di endapan lahar Merapi. "Endapan lahar tersebut memiliki suhu yang masih cukup tinggi, sekitar 300 derajat celcius, sehingga saat ada hujan maka kemungkinan akan menyebabkan adanya letusan sekunder tersebut," katanya.
Namun demikian, letusan sekunder tersebut tidak membawa ancaman yang cukup signifikan kepada masyarakat karena merupakan fenomena alam biasa sehingga BPPTK tidak melakukan pemantauan khusus terhadap terjadinya letusan-letusan sekunder tersebut.
Pada Selasa, dilaporkan terjadinya letusan sekunder di Kali Gendol yang menyebabkan munculnya asap dengan ketinggian sekitar 300 meter. Berdasarkan hasil pemantauan BPPTK Yogyakarta, aktivitas kegempaan Gunung Merapi hingga pukul 18.00 WIB, telah terjadi 14 kali gempa multiphase, 21 kali guguran dan dua kali gempa tektonik, sedangkan gempa "low frequensi", "tremor" dan awan panas tidak tercatat.

Peta Zonasi Bahaya Lahar Dingin (Lahar Hujan)

Selain ancaman lava, lahar, dan awanpanas kini hujan deras menyebabkan Gunung Merapi juga menyebabkan adanya daerah rawan bahaya lahar dingin. Lahar dingin merupakan aliran sedimen pekat yang teridiri atas batu, kerikil, pasir serta abu vulkanik yang tercampur air. Peta yang dikeluarkan oleh BNPB untuk daerah rawan banjir lahar dingin terlihat dibawah ini :
Peta Zonasi Rawan Banjir Lahar Dingin Merapi 7 Nov 2010
Zonasi ini didasarkan pada buffer zone 300 dan 500 meter sepanjang sungai yang hulunya di lereng Gunung Merapi.
Proses terjadinya lahar dingin secara grafis dijelaskan dibawah ini
Sumber Departemen Pekerjaan Umum
Ketika meluncur dari puncak Merapi, material ini berupa material piroklastik yang menyebabkan terbentuknya awanpanas. ISinya terdiri atas batuan berukuran bongkah, kerakal, kerikil, pasir hingga debu panas. Setelah di daerah produksi ini terkena hujan maka di daerah transportasi di lerengnya akan memiliki energi sangat tinggi yang mampu merusak apa saja yang dilewatinya. Seterusnya ketika sampai dibawah maka akan terjadi proses sedimentasi dari pasir-pasir ini sebagai endapan material vulkanik yang sering kita lihat di tebing-tebing sungai ditengah  perkotaan Jogja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar